Jejak Raffles dan Mitos Bukit Seribu Buddha: Mengenang Kisah Penemuan Candi Borobudur Tahun 1814
Arrayatravelindo.com Assalamualaikum sobat jalan-jalan! Semoga hari ini penuh berkah. Di blog ini. Saya akan menjelaskan hal menarik tentang Sejarah, blog. Konten yang berjudul Sejarah, blog Jejak Raffles dan Mitos Bukit Seribu Buddha Mengenang Kisah Penemuan Candi Borobudur Tahun 1814. Pastikan kalian menyimak sampai akhir ya.
Tertimbun Abu dan Misteri: Kisah Dramatis Penemuan Kembali Kemegahan Candi Borobudur
Candi Borobudur, mahakarya arsitektur Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, kini berdiri sebagai salah satu keajaiban dunia dan ikon pariwisata Indonesia. Namun, kemegahan stupa dan reliefnya yang memukau pernah hilang dari peradaban selama hampir sepuluh abad. Candi raksasa ini sempat tertimbun di bawah lapisan tanah dan vegetasi, terlupakan di antara mitos dan hutan lebat.
Kisah penemuan kembali Borobudur pada awal abad ke-19 adalah sebuah narasi dramatis tentang ketekunan, keberanian, dan ironi sejarah. Ini bukan hanya cerita tentang arkeologi, tetapi juga tentang bagaimana warisan besar suatu bangsa bisa hilang, dan kemudian ditemukan kembali oleh sosok yang secara formal tidak memiliki latar belakang arkeologi. Mari kita kenang perjalanan panjang ditemukannya kembali Borobudur yang luar biasa.
Abad-Abad Sunyi: Ketika Borobudur Menjadi Bukit Misterius
Borobudur diperkirakan dibangun pada masa Dinasti Syailendra sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi. Masa kejayaannya tidak berlangsung lama. Beberapa teori menyebutkan, Borobudur mulai ditinggalkan sekitar abad ke-10 atau ke-11. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab hilangnya Candi ini dari ingatan kolektif:
- Migrasi ke Timur: Perpindahan pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
- Letusan Gunung Merapi: Kegiatan vulkanik Gunung Merapi yang berulang kali menyelimuti wilayah Kedu dengan abu dan lahar, perlahan menimbun struktur candi.
- Perubahan Agama: Masuknya agama Islam yang perlahan menggantikan agama Hindu dan Buddha sebagai keyakinan mayoritas, membuat bangunan ibadah lama ditinggalkan.
Selama berabad-abad, yang tersisa hanyalah mitos. Masyarakat lokal hanya mengenal tempat itu sebagai bukit berundak yang penuh misteri, angker, dan sering disebut sebagai "Burobudur" atau "Bukit Seribu Buddha." Mereka tidak menyadari bahwa di bawah timbunan tanah dan pepohonan, tersembunyi sebuah candi Buddha terbesar di dunia.
Sosok Kunci: Sir Thomas Stamford Raffles
Penemuan Borobudur secara resmi tidak dilakukan oleh seorang arkeolog, melainkan oleh seorang Letnan Gubernur Jenderal Inggris yang visioner di Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles. Raffles adalah seorang administrator kolonial yang sangat tertarik pada kebudayaan dan sejarah lokal Jawa.
Mendengar Desas-Desus dari Rakyat Lokal
Pada tahun 1814, saat Raffles melakukan inspeksi di Semarang, ia mendengar laporan dan cerita rakyat mengenai sebuah monumen besar yang tersembunyi di dalam hutan di desa Bumisegoro (sekarang Magelang). Penasaran dengan deskripsi yang luar biasa ini, Raffles memerintahkan seorang bawahan yang berdedikasi:
- Nama Petugas: H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda.
- Tahun Penemuan: 1814.
Cornelius dan 200 pekerja lokal diberi tugas berat untuk membersihkan bukit yang dipenuhi semak belukar, pepohonan besar, dan timbunan abu vulkanik. Bayangkan tantangannya: membersihkan struktur batu yang sangat besar tanpa peralatan modern, hanya dengan tenaga manusia dan alat seadanya. Pekerjaan ini memakan waktu sekitar dua bulan.
Tantangan dan Pengakuan Awal
Setelah dua bulan kerja keras, struktur utama candi mulai terlihat, termasuk galeri-galeri relief yang menakjubkan. Namun, Cornelius dan timnya menghadapi masalah besar:
- Kondisi Struktur: Banyak batu yang bergeser, stupa yang roboh, dan lantai candi yang terancam runtuh akibat tekanan akar pohon.
- Skala Proyek: Raffles akhirnya menyadari bahwa proyek ini terlalu besar untuk ditangani hanya dengan sumber daya sementara.
Meskipun demikian, Raffles berhasil menyusun laporan dan sketsa-sketsa awal tentang Borobudur, yang kemudian dimuat dalam bukunya yang terkenal, The History of Java (1817). Laporan ini secara resmi memperkenalkan Borobudur kepada dunia Barat sebagai peninggalan budaya yang sangat signifikan.
Raffles memang sosok yang berjasa besar dalam mengangkat Borobudur dari kuburannya. Namun, perlu dicatat bahwa pekerjaan restorasi dan penyelamatan yang sistematis baru benar-benar dimulai beberapa dekade kemudian oleh para arkeolog Belanda, termasuk yang paling terkenal adalah Théodore van Erp pada awal abad ke-20 dan proyek restorasi besar oleh UNESCO pada era 1970-an hingga 1980-an.
Borobudur Hari Ini: Warisan yang Terselamatkan
Penemuan kembali Candi Borobudur oleh Raffles pada tahun 1814 adalah titik balik yang menentukan, mengubah bukit yang terlupakan menjadi situs warisan dunia. Candi ini mengajarkan kita tentang siklus peradaban: bagaimana kebesaran bisa tenggelam dalam waktu, dan bagaimana upaya satu orang yang memiliki rasa ingin tahu dan penghargaan terhadap sejarah mampu membawa kembali sebuah warisan abadi.
Kini, setiap wisatawan yang menaiki tangga Borobudur tidak hanya menyaksikan keindahan relief Lalitavistara dan stupa Arupadhatu, tetapi juga menapaki jejak Raffles dan 200 pekerja yang gigih membersihkan debu sejarah, mengembalikan kemegahan Buddha yang telah lama tertidur.
Terima kasih telah mengikuti pembahasan jejak raffles dan mitos bukit seribu buddha mengenang kisah penemuan candi borobudur tahun 1814 dalam sejarah, blog ini. Jangan ragu untuk mencari tahu lebih banyak dari berbagai sumber. Selalu berpikir positif dan jaga kondisi tubuh. Sebarkan manfaat ini kepada orang-orang terdekat. Sampai bertemu lagi di artikel kami berikutnya.
✦ Tanya AI